Titisan manik hujan itu
Sedikit-sedikit menyingkap sejarah silamku
Sejarah silam yang penuh onak duri
Menyucuk dam melukai perasaan ini
Hinggakan racun bisanya
Masih terkesan hingga kini
Pedih yang ku rasa dek duri sejarah silamku
Membuatkan diri ini mengenal erti putus asa
Mencampakkan diri ini jauh dari erti kesabaran
Keluhan hampa menjadi zikir harian
Menjadikan diri ini lemah tak berdaya
Dalam meneruskan kehidupan yang berpanjangan
Diri ini masih dibungkus sejarah silamku
Terkurung dalam gelap kehampaan
Terikat dek tali-tali kebencian
Hinggakan diri ini kaku dalam ketakutan
Ketakutan terpanah dek sejarah silamku yang menggerunkan
Apakah masih tidak ada cahaya ketenangan??
Cahaya ketenangan yang menerangi hampa kegelapan
Apakah masih tiada gunting kemesraan??
Agar terputusnya tali kebenciaan
Apakah masih tiada kenangan terindah??
Yang tersisa bagi kekuatan dalam ketakutan
Aku masih di ruang kamar sejarah silamku
Bertemankan malam sepi dan sunyi
Diri ini setia mencari penolong sejati
Untuk mengunci sejarah silamku
Namun…aku masih tetap terus menanti
Biarpun malam semakin gelap
Dan…aku tetap terus dibayangi “sejarah hitamku”
Sejarah silam yang menakutkan kalbuku.
By : GERHANA BULAN
This entry was posted
on Tuesday, September 9, 2008
at 12:01 AM
and is filed under
Puisi
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.
Categories
Penaja
About Me
Archives
-
▼
2008
(60)
-
▼
September
(16)
- PAK PANDIR KE KEBUN
- KONFLIK SUAMI DAN ISTERI
- Kekayaan karya mesti dipertingkat
- Makna politik bagi seorang kanak-kanak
- Meniru punya pasal..
- Jenaka Pendek (Kisah 11)
- Wajah misteri
- Jenaka Pendek (Kisah 10)
- Sejarah silamku
- Jenaka Pendek (Kisah 9)
- Persahabatan yang agung
- Jenaka Pendek (Kisah 8)
- Aku….si pencari
- S. Othman dan sastera Islam
- Jenaka Pendek (Kisah 7)
- Penulis muda perlu berusaha asah bakat
-
▼
September
(16)