Seorang pemuda sedang dalam perjalanannya kembali ke Kuala Lumpur dengan menaiki keretapi Mel-malam. Antara penumpang yang ramai ada seorang tua yang duduk disebelahya.
Setelah lama berdiam diri, sambil menguap si pemuda bertanya kepada orang tua tersebut, " Pakcik, pukul berapa sekarang?"
Sebuah pertanyaan yang biasa, yang kadangkala kita tujukan kepada sesiapapun kan?
Dan selalunya kita akan mendapat jawapan. Namun kali ini sungguh diluar dugaan, orang tua tadi berdiam diri sahaja. Mungkin orang tua ini kurang pendengaran, berkata pemuda tersebut. Dia mengulanginya sampai 3 kali. Namun orang tua itu tetap berdiam diri tanpa sebarang riak dari wajahnya.
Pemuda tersebut mencuit orang tua tersebut dan berkata, Saya hairan mengapa pakcik tidak menjawap pertanyaan saya? Salahkah saya bertanya?
Orang tua itu menoleh sambil berkata, "Bukannya saya tidak mahu menjawap, tapi nanti kalau saya jawap, kita pasti akan bersoal jawap mengenai soal ini soal itu, dan akhirnya kita akan bertambah mesra."
Si pemuda termangu mendengar ceramah orang tua itu. Terus dia bertanya lagi, "Lalu apa salahnya kalau kita menjadi lebih mesra?"Orang tua itu berkata lagi, "Apabila kita bertambah mesra ketika anak gadis dan isteri saya menjemput saya di Kuala Lumpur, nanti kita akan turun sama-sama. Dan saya pasti mengenalkan mereka kepada kamu."
Si pemuda itu tambah bingung dan tidak tentu arah…….
"Isteri saya orangnya baik sekali kepada semua orang, takut nanti dia mempelawa anda ke rumah. Nanti kamu akan mandi dan berehat di rumah saya,dan juga akan kami jamu di rumah saya. Setelah itu kamu boleh menjadi rapat dengan anak gadis saya dan kamu akan menjadi teman lelaki anak saya. Lama-lama kamu akan
menjadi menantu saya," katanya lagi.
Si pemuda yang tadi sudah bingung sekarang semakin bingung.
Terus dia bertanya, "Pakcik, apakah hubungannya semua ini dengan pertanyaan saya yang pertama?
Sambil berdiri orang tua tersebut menjawap dengan lantang, "Masalahnya?, SAYA TIDAK MAHU MEMPUNYAI
MENANTU SEPERTI KAMU. JAM TANGAN PONG TAKDERRR!"
This entry was posted
on Thursday, August 14, 2008
at 12:01 PM
and is filed under
Jenaka
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.
2 comments
hahahaha...btul tu tesalapapat! jd,moralnya pkailah jam tangan selalu..hu3.
August 14, 2008 at 7:15 PM
Post a Comment
Categories
Penaja
About Me
Archives
-
▼
2008
(60)
-
▼
August
(40)
- Jangan biarkan penyelidikan sastera terpinggir
- Jenaka Pendek (Kisah 6)
- Gara- gara cinta
- Cerdiknya Pak Pandir!
- Sedarkah engkau wahai mahasiswa
- Jenaka Pendek (Kisah 5)
- Kuda raja
- Jenaka Pendek (Kisah 4)
- Pemilik Pisau Lipat
- RTM Harus Angkat Karya Sastera
- Cinta Si Buta
- Mendedahkan Didaktisme Dalam Puisi
- Pemotong Kayu Yang Jujur
- Pengarang Malaysia Perlu Berjiwa Besar
- PENJAJAH BANGSAT...!!!
- Jenaka Pendek (Kisah 3)
- Usaha Memartabatkan Seni Sastera Harus Berterusan
- BEBASKAH ENGKAU..???
- TAK MAHU MENANTU!!!
- Sastera Bawa Budaya
- INSAN SOLEH
- Jenaka Pendek (Kisah 2)
- AKU... DITINGGALKAN KEKASIH PUJAAN
- Tok Batin dan Polis Trafik
- Blogger, Penulis-penulis Yang Gagal?
- Sekeping Kertas Putih
- Jenaka Pendek (Kisah 1)
- Sekeping Tikar Tua
- Kisah Pak Pandir Moden
- SAUDAGAR BESAR DARI SUNGAI SUSU
- Sepi Seorang Insan
- Mutiara di Kaki Bukit
- Cerita Tentang Cinta
- Mengenang Nasib Bangsa Melalui Puisi
- Nilai Motivasi Dalam Puisi
- ORANG MINYAK
- IMPIAN HANYA TINGGAL KENANGAN
- SAKITNYA CINTA..!!!
- FILEM ANAK HALAL
- Dilema Cinta dan Kasih
-
▼
August
(40)